Topikmetro.com - TNI Angkatan Udara telah memutuskan
untuk membeli helikopter Kepresidenan baru jenis Agusta Westland AW-101
untuk menggantikan helikopter Kepresidenan yang lama, Super Puma.
Rencananya, helikopter baru tersebut akan tiba di Tanah Air pada pertengahan 2016 mendatang.
Dipilihnya
AW-101 sebagai helikopter yang akan digunakan Presiden atau Wakil
Presiden dan tamu VVIP diklaim sebagai helikopter canggih dan memiliki
tingkat keamanan, serta kenyamanan yang baik. Helikopter ini pun
didesain antipeluru.
Pengamat Penerbangan, Alvin Lie, mengaku
terkejut dengan rencana pembelian helikopter kepresidenan buatan
Inggris-Italia itu. Pasalnya, TNI AU sebagai user, sama sekali tidak
pernah melakukan sosialisasi. Apalagi, pemerintah maupun DPR juga hanya
sekedar merespons pembelian tersebut.
"Kali ini rencana
peremajaan (helikopter) tidak ada sosialisasi. TNI AU mendadak membeli
AW-101, ini kejutan bagi kami," kata Alvin Lie dalam perbicangan di
program "Apa Kabar Pagi"
tvOne, Jumat, 27 November 2015.
Alvin
menilai, pembelian helikopter tersebut dilakukan di saat PT Dirgantara
Indonesia (DI) sudah mampu memproduksi sendiri Helikopter Super Puma,
yang kualitasnya tidak kalah dengan AW-101.
"Ini berbeda ketika SBY beli Boeing untuk pesawat kepresidenan, karena PT DI tidak membuat itu," ujarnya.
Nyatanya,
pemerintah lebih memilih membeli helikopter jenis AW-101, ketimbang
menggunakan helikopter buatan dalam negeri. Padahal, Super Puma buatan
PT DI sudah terbukti kualitasnya, dan digunakan oleh negara lain.
"Secara
politik ini adalah mosi tidak percaya terhadap produk (yang dihasilkan)
perusahaan yang dikelola oleh pemerintah, dan itu ironis," tegas mantan
anggota DPR RI ini.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Udara
(KSAU), Marsekal TNI Agus Supriatna, menegaskan pembelian Helikopter
AW-101 sebagai helikopter kepresidenan yang baru sudah melalui tahapan
dan kajian mendalam TNI AU.
Menurut Agus, alasan membeli pesawat
helikopter AW-101, lantaran dirinya benar-benar mengetahui helikopter
mana yang benar-benar canggih dan lebih layak digunakan oleh kepala
negara.
"Saya tahu betul, pengalaman bagaimana mengoperasikan
pesawat-pesawat yang sekarang ada. Bagaimana servisnya, bagaimana kita
mencari suku cadang," kata Agus Supriatna di Wisma Angkasa, Jalan
Wijaya, Jakarta Selatan, Selasa, 24 November 2015.
Tentunya,
pembelian pesawat helikopter bagi Presiden, Wakil Presiden dan VVIP,
berdasarkan hasil kajian dan penelitian yang lebih serius.
"Jadi, jangan dibuat seperti ini. Segala sesuatu, saya tahu betul, kenapa saya
enggak memilih ini, pasti ini karena hasil kajian," ujar Agus.